Cast:
Yang Yoseob
Yong Junhyung
B2ST
Fiction Girls (B2uties):
Park Ji Hwa
Han Eun Jae
Shin Hye Jin
Length: 1s
Rate: G
Genre: Fangirling
Pov: Mix
Author: Marant Jojo
=*=
Seoul, 8 Desember 2010
04.48 pm KST
Author’s Pov
“Hyaaaa~ kenapa tidak gol, aigooo! Neomu baboya!” terdengar suara umpatan dari luar kamar. Sang pemilik kamar pun hanya bisa menghela nafas panjang dan sesekali menggeleng kecil.
Di kamar yang tak terlalu besar itu, nampak seorang yeoja yang sedang duduk santai di dekat jendela. Pandangan matanya kosong, butiran-butiran salju yang memenuhi tiang jendela kamarnya pun tak bisa ia sadari.
“sssttt! Kalian ini bisa diam, tidak? Kenapa setiap ada pertandingan sepakbola rumah ini menjadi sangat
kacau? Aigo. .” Terdengar juga olehnya omelan dari wanita setengah baya. Wanita itu pun mencoba masuk ke kamar bernuansa soft-pink tersebut, namun hanya di ambang pintu.
“keluarlah sekarang juga! Jika tidak, makanan-makanan di luar akan di habiskan oleh appa dan oppa-mu.” perintahnya sembari menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
“ne, eomma.” Balas yeoja itu tersenyum sembari menoleh dan tanpa melihat sosok wanita setengah baya tersebut. Ia pun merapatkan selendang rajutan yang mengerudungi tubuh bagian atasnya.
Namun bukannya bergabung dengan keluarganya, yeoja itu pun keluar rumah. Sementara anggota keluarganya yang lain hanya memandanginya heran kemudian melanjutkan makan Sushi bersama.
=*=
Sore ini, langit nampak sangat tak bersahabat. Ia hanya menunjukkan kemuraman dan menahan ‘air mata.’ Gemuruh halilintar yang di ‘kawal’ oleh sebuah kilatan juga nampak menghiasi sore yang dingin ini.
‘nan jeongmal mystery mystery she. . .’
Terdengar deringan ponsel di dalam saku seorang yeoja yang kini sedang sibuk menggembok pintu sebuah kedai teh ginseng.
Ia berbalik membelakangi pintu dan segera menerima panggilan sebuah nama yang tertera di layar ponselnya.
“yeoboseo.” Sapanya lembut.
“JI HWA~AAAHHH!!!” suara lembutnya telah terbalas dengan teriakan seorang yeoja di seberang.
“omona! Kenapa kau berteriak seperti itu?” yeoja yang kini memakai hoodie yang di lapisi jaket tanpa lengan itu pun melangkahkan kaki menyusuri kawasan Myung-Deong yang masih ramai.
“haha~ anio. Eottokkhe? Kau jadi menonton, bukan?” ujar suara yeoja yang kini sedang duduk di kursi roda-nya. Pembantu yang sedari tadi berdiri di hadapannya pun tak di hiraukannya.
“anio. Aku tak punya uang untuk membeli tiketnya.” Balas Ji Hwa lemas.
“MWO? Andhwaeyo. Kau harus menonton. Untuk masalah tiketnya, kau tenang saja. Aku sudah memesankannya untuk-mu.” balas yeoja –yang menderita kelumpuhan sejak usia 10 bulan- itu, sesekali pembicaraanya di ganggu oleh pembantu wanita yang sedari tadi ingin mengatakan sesuatu padanya namun tak di berikan kesempatan.
“tidak perlu. Selama ini aku sudah banyak merepotkanmu, kau tak perlu melakukan itu, Eun Jae. Jebalyo!” balas Ji Hwa tak enak.
“kau salah. Justru selama ini, aku yang merepotkanmu. Kau sering mengerjakan PR-ku, mengajariku Matematika. . .” pembicaraannya pun terpotong oleh pembantu wanita yang akhirnya berani membuka mulutnya.
“jeosonghamnida, agasshi. Anda sudah di tunggu sajangnim di bawah.” Ujarnya takut.
“aisshh!! Ne , ne. . nanti aku akan turun. Sekarang aku sedang menelepon. Sudah sana, kembalilah ke pekerjaanmu.” Ujar yeoja berkacamata minus itu mengusir. Dengan berat hati, sang pembantu pun keluar dari kamar ber-design American-classic tersebut.
“hyaa~ Ji Hwa-ah. Mianhae, tadi ada staf-ku yang mengganggu. Pembicaraan kita sampai dimana tadi? Aku lupa.” Ujarnya kembali pada sambungan telepon.
“sudahlah, Eun Jae. Jebalyo! Aku akan mencari cara untuk mendapatkan tiket itu. Kau tenang saja.” Balas Ji Hwa meyakinkan sahabatnya.
“dengan cara apa? Apakah kau akan mencuri uang demi mendapatkan tiket itu?” tanya yeoja cempreng itu ber-argumen sepihak.
“omona! Aku tidak sejahat itu. Mungkin, aku akan meminta gajiku bulan ini lebih awal. Entah nanti bos-ku akan memberikannya atau tidak, itu urusan belakang. Yang penting, aku berusaha terlebih dahulu.” Lagi-lagi ia berusaha meyakinkan walaupun keraguan terselip di hatinya.
“ANIO! Aku tak akan setuju jika caramu seperti itu. Gaji-mu yang tak lebih dari gaji seorang cleaning-service di perusahaan abeoji-ku itu sangat kau butuhkan. Jangan bertindak bodoh, kau harus menurutiku. Titik!” tutt. . .tuttt. . . Eun Jae memutuskan sambungan secara sepihak.
Ji Hwa nampak menahan nafas panjang sembari memandangi layar ponselnya. Ia pun melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Yeoja dengan kuncir kuda itu berjalan santai dengan memasukkan kedua tangan ke dalam saku jaket merah-nya. Tas slempang hitam itu pun hanya terdiam melingkar di pundaknya. Sesekali ia meniup napasnya sehingga keluarlah bola-bola asap halus yang dingin.
Dari kejauhan, terlihat seorang yeoja yang memakai rok panjang dengan t-shirt lengan panjang serta selendang rajutan warna violet sedang berdiri di hadapan sebuah banner besar yang terpampang di depan sebuah toko. Rambut panjangnya sedikit bergoyang karena tiupan angin ringan sore ini. Ada dua orang yeoja berseragam SMA sedang berdiri membelakanginya.
“wuaaahhhh~ aku sudah tidak sabar menunggu tanggal 12 nanti.” Ujar salah satu yeoja SMA itu girang.
“ne, begitu juga denganku. Ah, ini adalah konser pertama mereka, pasti sangat meriah. Oiya, apa kau sudah medapatkan tiketnya?” balas yeoja SMA satunya.
“tentu saja sudah.” Balas yeoja berambut pendek itu.
“aku juga sudah medapatkannya.” Kedua yeoja itu pun beranjak.
Sementara itu, yeoja berselendang rajutan violet itu nampak mematung dan pandangannya pun kosong bahkan jarang berkedip sembari memandang, lebih tepatnya menerawang sebuah banner di hadapannya. Tak lama kemudian, yeoja itu pun berbalik dan hendak menyeberang.
Ji Hwa menyadari sesuatu. Ia pun berlari menghampiri yeoja tersebut dan menarik tangan kanannya.
“akan ku bantu kau menyeberang.” Ujar Ji Hwa. Yeoja itu pun hanya mengangguk dan tanpa menoleh ke arah Ji Hwa.
“jeongmal ghamsahamnida.” Ujar yeoja itu membungkuk namun bukan ke arah Ji Hwa. Dimana kini Ji Hwa berdiri di sampingnya, namun yeoja itu membungkuk ke arah depannya yaitu sebuah pohon perdu besar.
“ah, ne. cheonmaneo. Jalanan sangat ramai. Kenapa kau hanya pergi sendiri? Dan biasanya, orang sepertimu selalu membawa tongkat jika bepergian.” Balas Ji Hwa.
“aku memang sudah terbiasa pergi sendiri. Dan sejak aku mengalami kebutaan sejak usia-ku 5 tahun, aku sekalipun tak pernah menggunakan tongkat. Aku hanya menggunakan perasaan dan mata hatiku.” Tersungging sebuah senyuman yang terkandung suatu kepahitan di dalamnya.
“oh, ne. siapa namamu?” tanya Ji Hwa.
“na neun Shin Hye Jin imnida. Neo?” balasnya mengulurkan tangan dan lagi-lagi bukan ke arah Ji Hwa.
“Ji Hwa, Park Ji Hwa imnida.” Balas Ji Hwa sembari meraih uluran tangan Hye Jin. Saat menyadari kesalahannya –dalam mengulurkan tangan- , Hye Jin hanya tersenyum.
Mereka pun jalan bersama saat mengetahui bahwa rumah mereka satu arah.
“ku lihat tadi kau berdiri di depan banner itu.” Ujar Ji Hwa dengan gaya santainya –memasukkan tangan ke saku jaket-.
“ne.” balas Hye Jin sembari menunjukkan senyum pahitnya.
“apa kau tahu, itu banner siapa?” tanya Ji Hwa hati-hati.
“tentu saja. Itu banner B2ST, bukan?” kali ini senyum yang ia tunjukkan penuh dengan keikhlasan.
“jadi, kau tahu jika tanggal 12 nanti mereka akan mengadakan konser pertamanya?” tanya Ji Hwa memastikan. Kini ia memandang serius yeoja yang berjalan di sampingnya.
“ne, aku adalah B2uty. Sejak dua tahun yang lalu, sejak mereka debut, aku sudah jatuh cinta pada mereka. Ya, walaupun aku hanya mendengarkan suara mereka, namun aku bisa mengimajinasikan sosok mereka.” Balas Hye Jin tenang. Ji Hwa pun nampak berpikir.
“lalu? apakah nanti kau akan datang ke konser itu?” tanya Ji Hwa.
“mollayo.” Kini senyuman pahit itu pun ia tunjukkan kembali.
“apakah kau juga B2uty?” tanya Hye Jin.
“ne, sama sepertimu. Namun aku mulai jatuh cinta pada mereka saat melihat MV Shock.” Balas Ji Hwa.
“jinja? Seperti apa MV-nya?” tanya Hye Jin bersemangat. Ji Hwa pun menceritakannya.
Di sepanjang jalan, mereka hanya membicarakan sosok 6 namja yang kini mengisi hati dan pikiran mereka. Ji Hwa pun berbagi pada Hye Jin. Ia mendeskripsikan seperti apa sosok 6 namja itu, sehingga kini mungkin Hye Jin sudah memiliki bayangan sendiri tentang idolanya tersebut.
Perbincangan kedua yeoja berumur 16 tahun itu pun terhenti di depan rumah Hye Jin. Sementara Ji Hwa, ia melanjutkan langkah menuju rumahnya.
=*=
Cube.Ent’s Office
09.56 pm KST
Junhyung’s Pov
‘Mani jichiduhrago nuhwa hamgaerahmeon
It`s alright, It`s alright.
Mulri duluhjeo itsuhdo seororeul nulgill soo itdameon
It`s all good, It`s all good
Mani jichiduhrago nuhwa hamgaerahmeon
So fly, so fly
Jigeum nae noon aphae dangshinae mami jinshimirameon
Thank you, Thank you.’
Itulah bait terakhir dari lagu duet-ku bersama Yoseob. Rencananya, lagu ini akan kami bawakan pada saat konser pertama kami nanti. Harus ku akui, jika suara Yoseob memang tak terkalahkan. Pada jenis lagu apapun ia dapat menguasainya.
Selain duet kami, ada dua lagu lain yang akan di bawakan oleh pasangan duet member lain, seperti Doojoon-Dongwoon dan Gikwang-Hyunseung. Semoga nanti tak mengecewakan fans kami.
“take vocal sampai disini. Dan jaga stamina kalian.” Ujar instruktur vocal kami mengakhiri agenda terakhir kami hari ini. Kami pun merapikan kembali materi-materi lagu yang berserakan di sembarang tempat.
=*=
Kedai Teh Ginseng, Myung-Deong, 9 Desember 2010
03.24 pm KST
Author’s Pov
“antar ke meja 8.” Ujar seorang namja setengah baya berkostum koki dari balik meja -seperti meja bartender sebagai sekat kearah dapur-.
“ne.” balas Ji Hwa sembari meraih nampan berisi dua cangkir teh ginseng tersebut.
Namun belum sampai di meja 8. . .
PRRAAAANGGG!!!
Nampan di tangannya terjatuh serta cangkir ‘porselen’ itu pun pecah berserakan di lantai. Cairan panas yang sebelumnya berada di cangkir, kini membasahi kaki Ji Hwa. Tetapi, bukannya merasakan pesakitan pada kakinya, yeoja yang masih memakai seragam SMA-nya tersebut sedang sibuk memegangi kepalannya. Ia mengerang kesakitan, para pramusaji lainnya pun membantunya.
Beberapa saat kemudian. . .
“akhir-akhir ini, kau sering merasakan sakit kepala. Kenapa kau tak memeriksakannya ke dokter?” tanya seorang yeoja –pelayan kedai- yang sedikit lebih tua darinya sembari duduk di pinggiran sofa.
“aku belum sempat. Kau tahu sendiri, bukan? Sepulang sekolah, aku harus bekerja disini hingga larut malam.” Balas Ji Hwa yang kini berbaring di sofa tersebut.
Sudah hampir dua bulan ini ia merasakan sakit kepala yang luar biasa. Namun alasan utama ia tak bersedia memeriksakannya ke dokter karena ia takut akan terjadi sesuatu yang serius padanya. Ia tak ingin membuat orangtuanya khawatir.
=*=
Jamshil Indoor Stadium, Seoul
04.38 pm KST
Nampaknya, cuaca dingin sore ini tak menyurutkan hasrat para remaja -yang kebanyakan yeoja itu- untuk pergi ke salah satu stadion –dalam ruangan- termegah di Seoul. Mereka berbondong-bondong memakai dress-code ‘kebesaran’ mereka. Tak lupa juga membawa pernak pernik seperti lighstick, banner, poster, dan lain sebagainya.
“disini tempat duduk kita.” Ujar Eun Jae sembari menunjuk tempat duduknya bersama Ji Hwa di tribun VIP tersebut.
“ne. Sepertinya, tempat ini sudah di persiapkan untukmu.” Balas Ji Hwa yang sedari tadi mendorong kursi roda Eun Jae.
Ya, ada satu kursi yang sengaja di hilangkan untuk tempat kursi roda Eun Jae. Ternyata, jauh-jauh hari, yeoja itu telah memesan tempat khusus –yang tentunya sangat strategis- untuk dirinya. Hal tersebut memang tak terlalu sulit untuk anak seorang pemilik perusahaan elektronik terbesar di Seoul itu.
“mana lighstick-mu? cepat keluarkan!” perintah Eun Jae pada Ji Hwa yang sedari tadi hanya terbengong melihat tempat yang menakjubkan baginya tersebut.
“ah, ne. Kau ini cerewet sekali.” ia pun segera mengambil lighstick dark-grey dari dalam tas slempang-nya.
Mata Ji Hwa pun menangkap sosok yeoja yang kini berjalan ke arahnya. Yeoja yang di ‘pandu’ oleh seorang namja ABG itu pun lewat di hadapannya. Ji Hwa masih memandanginya, dan ternyata jarak tempat duduk mereka hanya selang 4 kursi saja.
“kau tunggu disini sebentar.” Ujar Ji Hwa pada Eun Jae.
“hyaa~ mau kemana kau?” teriakan cempreng Eun Jae pun tak menghentikan langkah Ji Hwa.
“Hye Jin-ah. Apakah kau mengenali suaraku?” sapa Ji Hwa yang kini duduk di samping Hye Jin. Hye Jin pun nampak mendengarkan secara seksama sebuah suara yang terdengar jelas di telinga kanannya.
“siapa dia?” bisik seorang namja yang sedari tadi duduk di samping Hye Jin.
“Ji Hwa? Kau kah itu?” setelah berpikir panjang, akhirnya Hye Jin bersuara.
“ne, ini aku. Ji Hwa. Syukurlah, kau masih mengingat suaraku.” Balas Ji Hwa tersenyum.
“bersama siapa kau datang kesini?” tanya Hye Jin.
“bersama temanku, neo?” balas Ji Hwa.
“ige, namdong-saeng-ku.” Balas Hye Jin sembari mengarahkan dagu kearah namja yang duduk di sampingnya walaupun ia menatap kearah yang lain.
Belum sempat mereka melanjutkan obrolan, terdengar teriakan Eun Jae. Dan dengan terpaksa, Ji Hwa kembali ke tempat duduknya semula.
%%%%%
05.00 pm KST
Acara yang di tunggu oleh ribuan remaja itu pun di mulai. Konser yang bertajuk Welcome To B2ST Airlines yang mengangkat konsep layaknya sebuah keadaan di dalam pesawat itu pun di buka dengan ‘suguhan’, dimana ada sebuah replica pesawat Jet Tempur yang melayang di langit-langit stadion. Semua mata tertuju pada benda besar tersebut, ekspresi kekaguman pun nampak jelas terlukis pada ‘mimik’ mereka.
Tak lama kemudian, dari balik pesawat tersebut, mucullah 6 namja yang berpenampilan layaknya seorang pilot. Mereka nampak gagah saat membuka konser itu dengan menyanyikan ‘Special’ di lanjutkan dengan dua lagu lain andalan meraka. Dengan gerakan yang energik serta vocal yang stabil, lagu medley itu pun sukses di iringi teriakan-teriakan histeris lautan manusia yang memenuhi ruangan konser tersebut.
“OPPAAA~ OPPAAAA~” teriakan Eun Jae pun tak berpengaruh pada Ji Hwa yang kali ini hanya bisa meneteskan airmatanya.
Inilah salah satu mimpi yang ingin di raihnya, dan kini mimpi itu telah menjadi kenyataan. Untuk anak seorang nelayan sepertinya, suatu hal yang mustahil bisa datang di konser idolanya.
Yang Yoseob. Nama itulah yang sejak 2 tahun lalu menghiasi hati dan pikirannya. Dan kini, sosok namja itu berdiri di hadapannya, walaupun dengan jarak yang cukup jauh. Namun ia bersyukur, karena selama ini ia hanya bisa memandangi idolanya di televisi.
“waeyo? Sejak kapan kau menangis?” pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut yeoja penderita ‘polio’ di sampingnya.
“anio.” Balas Ji Hwa sembari mengusap airmata di pipinya.
Pandangan Ji Hwa pun menangkap sosok Hye Jin. Ia nampak menunjukkan senyum pahitnya. Ji Hwa pun merasakan hal itu, ia miris. Ternyata, ada orang yang lebih membutuhkan suatu keberuntungan untuk bisa melihat idolanya daripada dirinya.
Sementara itu, sedari tadi Hye Jin nampak menikmati konser tersebut. Ia nampak mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti irama lagu yang di bawakan oleh 6 namja di atas panggung megah itu.
“itu idolamu. Yong Junhyung, bukan?” ujar adik laki-lakinya.
“ne. bagaimana penampilannya?” tanyanya antusias.
“hmm. . . cukup keren, walaupun tak sekeren diriku.” Balas namja itu percaya diri.
“aisshh. . . tentu saja ia jauh lebih keren darimu.” balas Hye Jin.
“darimana kau tahu? Kau saja tak bisa melihatnya. Aish. . . kenapa aku harus menuruti perintah eomma untuk menemanimu ke tempat seperti ini. Sangat membosankan.” Gerutu namja bertampang ‘bengal’ itu.
“sudahlah, diam! Kalau kau bosan, lebih baik kau tidur saja.” Balas Hye Jin, adik laki-lakinya pun nampak malas mengahadapi Hye Jin.
Saat ini, di atas panggung sedang berdiri 2 orang namja di depan stang-mic.
“lagu ini, kami persembahkan untuk kalian semua, B2uty.” Ujar seorang namja yang mendapat teriakan “JOKER” itu.
“terimakasih untuk semua yang telah kalian lakukan pada kami selama ini. Jeongmal ghamsahamnida.” Tambah namja lain yang mendapat teriakan “YOSEOB” tersebut.
Mereka pun mulai bernyanyi. Alunan musik ringan yang menyajikan suara mereka yang powerfull, membuat lautan manusia di ruangan itu hening. Ya, sebuah lirik serta syair yang lembut dan menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya.
Selain lagu yang berjudul ‘Thanks To’, di album yang bertajuk My Story tersebut juga berisi lagu duet antara Doojoon-Dongwoon yang berjudul ‘When The Door Closes’ yang berisi syair dan lirik yang mendalam serta penuh emosi. Juga lagu duo Gikwang-Hyunseung yang berjudul ‘Let It Snow’ yang mewakili sebuah perasaan pada saat musim dingin.
Konser yang berlangsung sekitar 5 jam itu pun menampilkan kejutan-kejutan. Mulai dari perayaan ulang tahun sang rapper yang jatuh pada tanggal 19 Desember, juga kehadiran keluarga para member yang mengharukan.
Semua hanyut dalam suasana yang ‘campur aduk’ tersebut. Haru, tawa, kejutan, semua emosi telah di rasakan siapa saja yang berada di ruangan tersebut.
“annyeonghaseo, B2uties! Aku yakin selama ini kalian telah berjuang untuk kami. Ini adalah sebuah pencapaian luar biasa di sepanjang hidup kami. Terima kasih.” Ujar sang leader.
“terimakasih untuk keluarga kami yang sudah datang. Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.” ujar sang magnae berlinang airmata.
“terimakasih untuk eomma-ku. Aku bangga memiliki ibu sepertimu, jeongmal saranghae eomma.” Ujar sang rapper yang sebelumnya juga menitikkan airmata karena mendapat kejutan ulang tahun dari ibunya.
Setelah ‘banjir’ airmata, 6 namja itu pun mencairkan suasana dengan membawakan sebuah lagu up-beat yang penuh semangat.
=*=
Seoul International Hospital, 12 Agustus 2011
08.10 am KST
‘Nuhaegae kok hagoshipeun hanmadi
Unjaena We always singing just for you
Komawo nul woori geotul jikeojoon
You. . .
You. . .
You. . .
It’s you
Thank you
Thank you
For you. . .’
Tuttt. . . tutt. . . tutt. . .
Sebuah ruangan bernuansa putih itu nampak hening. Hanya suara ‘pulse-meter’ yang mengiringi kesunyiannya.
Terlihat seorang yeoja dengan penutup kepala sedang terbaring lemah di ranjang pasien. ‘Oksigen-Catheter’ nampak menghiasi lubang hidungnya. Juga jarum infuse yang menancap di pembuluh tangan kirinya serta alat-alat lain yang menempel di tubuh kurusnya.
“annyeonghaseo. . .” dari balik pintu, muncullah seorang yeoja yang duduk di kursi roda, ada seorang namja berpakaian resmi di belakangnya yang membantu mendorong kursi rodanya.
“aish. . . tega sekali mereka meninggalkannya sendiri.” Keluh yeoja itu saat menyadari bahwa tak ada seorang pun di ruangan tersebut. Ia pun mendekat ke arah ranjang pasien.
“hyaa~ Ji Hwa-ah. Pagi ini sangat cerah. Ireona, ppali! Ini adalah hari libur. Kapan lagi kita akan pergi berjalan-jalan bersama? Aku sangat merindukan saat-saat itu.” Ujarnya pada yeoja yang masih terdiam dalam ‘pembaringan’-nya.
Eun Jae tak kuasa menahan airmatanya. Perasaannya miris saat melihat sahabat terbaiknya kini telah berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya.
Sejak 7 bulan yang lalu, Ji Hwa di vonis menderita Kanker Otak stadium akhir. Sejak saat itu pula, ia berhenti dari tempat kerjanya dan mulai menjalani Kemoterapi, itu pun juga karena kebaikan hati Eun Jae yang membiayai semua biaya pengobatan. Namun setelah menjalani terapi selama 2 bulan, bukannya semakin membaik, justru keadaan Ji Hwa semakin memburuk, hingga saat ini ia koma.
“aku janji. Aku akan membawakan mereka untukmu, Ji Hwa. Tapi berjanjilah, jika mereka datang, kau harus bangun.” Ujar Eun Jae di sela tangisnya. Namja berpakaian resmi yang sedari tadi berada di belakang kursi rodanya pun menyodorkan sapu tangan untuknya.
=*=
Cube.Ent’s Office
10.55 pm KST
‘ Like a paper and pen and beat and mic
mulri dduluhjeo itsuhdo neugeojinun mameun
Dangshindeulae so unconditional love
Japtgodo gill uhtdun illmeoneeran shigan dongan nuhwaswoorin chan mani gagawojingeot gateh
Ddaeron nall gamsajoonun damyogatea
jip gateh chingoo gateh gageumeun gajookgatae
ohraettorok namajo naegeoteh
hamgae together ( Just two of us) boeeji ahnnun gillreul faechukhae Like ( Columbus)
Geudaedulgwa hamgaemeon mothalgae mogaitsuh baekbeon numuhjodo dashi illuhnalsooitsuh
Always I sing the song for ya uhjaedeun geudaedulee wonhandameon
norea bbulreojoolgae Like a ipod
I always thank you everybody, Let`s go’
“noona-ah. Kajja! Kita pulang saja, aku mengantuk.” Ujar seorang namja bertampang ‘bengal’ pada yeoja yang berdiri di sampingnya.
“tunggu sebentar. Aku harus menemui mereka.” Balas yeoja yang kini tersemat headset putih kecil di telinga kenannya yang tersambung ke ipod-nya.
“tapi ini sudah larut. Pasti eomma akan mencari kita. Hoamm. . . aku seperti orang gila berdiri berjam-jam disini.” ujar namja itu sembari menguap kemudian berjalan mondar-mandir.
“kau bisa diam, tidak? Kau tenang saja, aku sudah meminta izin pada eomma jika akan pulang larut.” Dengan mata hatinya, ia bisa melihat jika adik laki-lakinya tak bisa diam.
‘everyday, I Shock (Shock)
Everynigth, I Shock (Shock)’
“noona-ah. Ada panggilan dari temanmu, Eun Jae.” Ujar namja yang sedari tadi menggenggam ponsel Hye Jin, dengan segera Hye Jin meraihnya.
Hye Jin: “yeoboseo.”
Eun Jae: “Hye Jin-ah, eottokke? Apa kau sudah bertemu dengan mereka?”
Hye Jin: “belum. Mungkin sebentar lagi.”
Eun Jae: “pastikan, kau harus bertemu dengan mereka.”
Hye Jin: “ne, kau tenang saja.”
Ya, kini Eun Jae dan Hye Jin bersahabat. Saat usai konser yang mereka datangi Desember lalu, mereka pun di perkenalkan oleh Ji Hwa. Dan ponsel touch-screen yang ada di genggaman namdong-saeng Hye Jin juga pemberian dari Eun Jae.
Setelah lebih dari 5 jam menunggu, akhirnya Hye Jin merasakan kedatangan 6 namja yang sedari tadi di nantinya.
“noona-ah. Noona-ah. Itu mereka.” Namdong-saeng Hye Jin pun seketika heboh sembari menggoyang-goyangkan bahu kakaknya.
“isshh. . . singkirkan tanganmu.” Omel Hye Jin. Ia pun melangkah, namdong-saeng Hye Jin pun dengan cepat meraih lengan Hye Jin dan menuntunnya kearah 6 namja yang berjalan menuju sebuah mobil van dark-blue yang terparkir di depan kantor agency.
“sudah 5 jam kami menunggu kalian. Noona-ku mencari kalian.” Ujar adik Hye Jin, Hye Jin pun hanya mengangguk.
“nuguseo?” ujar salah satu dari ketiga manajer.
“noona-ku ini adalah B2uty. . .” adik Hye Jin mulai menjelaskan namun di potong paksa oleh Hye Jin.
“ne, aku mencari B2ST. bisakah aku berbicara dengan mereka?” ujar Hye Jin.
“ige.” Balas salah satu manajer tersebut. Hye Jin nampak meraba dan akhirnya meraih kedua lengan salah satu dari 6 namja tersebut.
“aku tak tahu kau siapa. Tapu kumohon, ada seorang B2uty yang menginginkan kehadiran kalian. Sejak 6 bulan yang lalu ia koma karena penyakitnya. Mungkin dengan kehadiran kalian, bisa membuatnya terbangun. Yang Yoseob, eodiga?” ujar Hye Jin yang sembari menggenggam kedua lengan namja yang bernama Doojoon itu.
“Seobie-ah.” Panggil Doojoon. Yoseob pun mendekat.
“kau kah Yoseob-ssi?” tanya Hye Jin yang kini meraba lengan Yoseob. Yoseob pun mengerti dan memberikan tangannya.
“ne?” balasnya sembari menatap bingung yeoja buta di hadapannya.
“Ji Hwa. Itu nama yeoja yang ku ceritakan tadi. Ia sangat menyukaimu Yoseob-ssi, jebalyo. Jenguklah dia, aku yakin ia akan lebih baik jika kau bersedia mengunjunginya. Jebal!” mohon Hye Jin.
“eottokke, hyung?” tanya Yoseob menoleh ke manajernya.
“kita atur saja besok.” Balas manajer yang paling tua.
Hye Jin pun sedikit lega, mereka meminta nomor ponsel Hye Jin untuk memberi kabar kapan mereka bisa mengunjungi Ji Hwa.
=*=
Seoul International Hospital, 13 Agustus 2011
08.24 pm KST
“eottokke, Hye Jin-ah?” tanya yeoja yang baru aja tiba dengan pengawal dan kursi rodanya.
“mereka memberitahuku jika akan datang terlambat. Mungkin 30 menit lagi.” Balas yeoja yang kini duduk di sofa.
“kalian sudah datang.” Ujar wanita setengah baya yang diikuti oleh pria setengah baya dari arah pintu.
“annyeonghaseo, ahjumma, ahjussi.” Sapa Hye Jin dan Eun Jae bersamaan.
“mianhae, jika kami lama.” Ujar appa Ji Hwa.
“ghonchanayo.” Balas Hye Jin. Ya, sedari tadi Hye Jin di minta untuk menemani Ji Hwa karena orangtuanya pulang sebentar.
“jeongmal gomawo sudah menemani Ji Hwa.” Ujar eomma Ji Hwa pada 2 yeoja di hadapannya.
“ne, cheonmaneo.” Balas Eun Jae.
30 menit pun berlalu, pintu kamar bercat putih itu pun terbuka. Dan. . . keenam namja yang di dampingi 3 manajernya itu pun akhirnya datang juga.
“jeongmal mianhae, kami terlambat.” Ujar salah satu manajer.
=*=
Yoseob’s Pov
Aku berada di salah satu kamar rumah sakit. Pandanganku pun tertuju pada yeoja yang terbaring lemah di atas ranjang. Ada bermacam-macam alat di sekelilingnya. Dari kejauhan, terlihat kepalanya tertutup dan sepertinya tak ada sehelai pun rambut di dalamnya.
“ige, Ji Hwa.” Ujar namja yang duduk dikursi roda.
Kami pun mendekat. Seketika hatiku miris melihatnya, yeoja yang kini terlihat sangat kusut, bagaikan hanya tulang yang terbungkus kulit.
“Ji Hwa-ah. Ige, B2ST. kami tahu kau bisa mendengarkan kami. Mereka sangat tampan, kau harus bangun sekarang. Jika tidak, kau akan menyesal.” Ujar yeoja –kursi roda- itu yang kini berada di samping ranjang.
“ada Yoseob oppa juga, kau sangat mengidolakannya, bukan? Kau pasti ingin melihatnya, bahkan ingin memeluknya. Maka dari itu, bangunlah. Kalau tidak, aku yang akan memeluknya.” Tambah yeoja buta yang kemarin malam menemui kami.
“lagu B2ST apa yang ia sukai?” tanya Doojoon hyung.
“ia sangat menyukai ‘On Rainy Day’. Bisakah kau menyanyikan lagu itu untuknya, Yoseob oppa?” balas yeoja –kursi roda-.
“tentu saja.” Balasku.
“mendekatlah ke telinganya.” Ujar pria berambut putih yang sedari tadi duduk di samping putrinya.
Aku pun mendekat dan merunduk. Ku dekatkan wajahku ke telingannya seperti ingin membisikkan sesuatu.
‘biga oneun naren nareul chajawa
bameul saewo goerophida
biga geuchyeogamyeon
neodo ttaraseo
seoseohi jogeumssik
geuchyeogagetji . . .’
Ku rasakan pipiku telah basah oleh airmata, aku pun tak bisa melanjutkan lirik lagu itu. Buliran airmataku terjatuh membasahi wajah pucat di hadapanku. Dan kini. . . kurasakan dadaku begitu sesak, ku cengkeram kuat. Gikwang yang berada di sampingku pun megusap kasar pudakku untuk menenangkan.
“eunghh. . .” terdengar erangan dari yeoja itu. Apa aku salah dengar?
“dia bangun.” Ujar Hyunseung.
Kami pun terkejut dan memperhatikan yeoja itu dengan seksama. Dengan perlahan, ia membuka mata. Yeoja –kursi roda itu mendekat.
“Ji Hwa-ah. Kau sudah bangun?” ujar yeoja itu.
“yo. .yo. .sseob. .opp . .ppa.” ujarnya terbata, ia terlihat sangat lemah. Aku pun tak kuasa untuk bersuara, sehingga hanya ku balas dengan anggukkan.
Dengan susah payah ia mengangkat tangannya dan kini menyentuh pipiku. Ia mengusap pipiku lembut sembari tersenyum, namun hal itu yang membuatku lebih sakit. Aku tak tega memandang mata sayu itu, hingga kini tangisku benar-benar pecah di hadapannya.
“don’t cry!” hanya kalimat bahasa inggris itu yang keluar dari mulutnya, sementara tangannya masih aktif di pipiku. Ku rasakan tangan dingin itu menghapus linangan airmataku.
Namun tiba-tiba, ttutt. . .ttuttt. . . tangan itu terjatuh dan dengan perlahan ia memejamkan mata. aku pun panik dan melihat ‘pulse-meter’ telah menunjukkan garis lurus.
Tanpa pikir panjang, ayahnya segera berlari ke luar kamar.
Tak lama kemudian, dokter pun datang. Kami di minta untuk menjauh dari ranjang pasien.
Yeoja –kursi roda- dan yeoja buta itu pun menangis juga ibu yeoja tersebut. Para manajer hyung dan member lain pun menenangkan.
“jeongmal mianhae. Ia telah pergi.” Itulah kalimat singkat dari dokter yang memeriksanya sebelum beranjak meninggalkan kami.
Hujan tangis pun memenuhi ruangan putih ini. Kakiku kelu, aku pun jatuh berlutut. Airmataku pun semakin deras mengalir. Doojoon hyung pun membantuku berdiri dan memelukku.
=*=
Someplaces, 07.18 am KST
Tumben sepagi ini aku sudah bangun dan keluar dorm untuk mencari udara segar. Ku rapatkan hoodie-ku. Herannya, walaupun aku tak memakai masker –agar tidak di ketahui orang- , namun di jalanan seramai ini tak ada yang mengenaliku.
Myeong-Deong, 08.27 am KST
Ku lirik arlojiku, masih terlalu pagi. Mataku tertuju pada sebuah kedai teh ginseng, aku pun memasukinya.
“annyeonghaseo.” Sapa seorang yeoja yang menghampiri mejaku. Aku yakin ia adalah pelayan, tapi kenapa ia masih mengenakan seragam SMA-nya? apakah ia tidak pergi ke sekolah?
“ne.” balasku tersenyum padanya.
“ige, teh special untukmu, gratis untuk seorang idola.” Ujarnya sembari menaruh secangkir teh di mejaku. Aku heran, sepertinya aku pernah melihatnya.
%%%%%
Seusai menikmati teh, aku pun keluar kedai. Dan. . .
Tinnn Tinnn!!!!
Terdengar suara klakson mobil, dan ku lihat ada sebuah mobil yang melaju kencang ke arahku. Aku pun menutupi wajah dengan lenganku –seperti menangkis-. Ku pejamkan mata dan. . .
Ku rasakan tubuhku terhempas ke tanah. Perlahan, ku buka mataku dan kudapati seorang yeoja terbaring di sampingku, ia tersenyum menghadapku.
“neo? Ghoenchanayo?” tanyanya.
“ne.” balasku masih bingung.
“syukurlah.” Ia pun bangun dan beranjak meninggalkanku begitu saja. Aku pun hanya bisa memandangi geraian rambut hitam panjangnya yang semakin menjauh.
Bukankah, itu yeoja pelayan kedai tadi? Namun kali ini ia menggunakan dress putih selutut, terlihat sangat anggun. Aku kecewa kenapa hanya melihatnya sejenak. Tapi, paras cantiknya begitu melekat di otakku.
%%%%%
Author’s Pov
“eunghh. . .eunghhh. . .” erang Yoseob, kepalanya pun menoleh kekanan-kekiri berulang-ulang. Wajahnya basah oleh keringat namun matanya masih terpejam.
“seobie-ah. Seobi-ah.” Junhyung yang tidur di sampingnya pun membangunkan.
Yoseob pun seketika terbangun dan terduduk. Ia mengatur nafasnya yang memburu.
“wae? Kau mimpi buruk?” tanya sang leader yang ikut terbangun. Sementara 3 member lain masih asik dengan dunia mimpinya.
Tanpa menjawab, Yoseob mendekat ke salah satu meja rendah dan mengambil selembar foto pemberian Eun Jae.
Sebuah potret seorang yeoja yang memakai dress putih dan menggerai rambut panjangnya serta menyunggingkan senyum keikhlasan. Ia berpose sembari menunjukkan telapak tangan kanannya yang bertuliskan,
“I’M B2UTY and I LOVE YANG YOSEOB” beserta gambar hati di bawahnya. Tulisan berwarna merah seperti goresan dengan darah.
‘ya, aku bertemu dengannya di mimpi tadi. Ia benar-benar cantik.’ Batin Yoseob sembari tersenyum serta memandang lekat foto tersebut.
‘Just thank you everybody, Thanks to ma fans
Uhdun malreul haeya nae mami poyeonie dwelji moreulgetjiman
Hangeulja hangeulja jeokgo ddo jeokuhsuh eejalbun track ahnae siluhsuh jeonhaeroreogo hae
Geudaeduel bateun, jigeumdo numcheo hulreul jungdoro batgo it nun
Sarang ddo kwanshimreul 100% da dolreol julsoonun uptgaejiman
Geulreado gogeumeenama nugill soo itgill
Yeah Bojal gut upduh yeosut motnanitduel moodae weero ollreo saewoahjoon
Mouhtboda gapjin mic sonae geewoah joon geudaeduel itgied
Oh neul do still rockin` this stage I`m flying like a g6
Ha neulreul nanun gibooniya nan matchi
Haengbokhan goom ssok eh bajin aheegatchi son japgo nalahga geudae deulkwa katchi
Nuhaegae kok hagoshipeun hanmadi
Unjaena We always singing just for you
Komawo nul woori geotul jikeojoon
You
You
You
It’s you
Thank you
Thank you
For you . . .’
~The End~
Posted by : @LeeSoYoung_soe
Facebook Fan Page : SoYoung The Kpopers
Please take full Credit if you share this.... credit me SoYoungTheKPopers.blogspot.com
and dont forget to take a creadit to the author Marant Jojo
No comments:
Post a Comment