Friday, February 3, 2012

Lonely (Donghae-Sandara)




Cast:
Lee Donghae Suju
Sandara Park 2ne1
Other Cast.

Length: 1s
Rate: PG-17
Genre: romance, semi mistery
Pov: mix

Author: Marant Jojo

Summary: Sebuah sugesti dapat meyakinkan seseorang kepada sebuah kepercayaan. Dan dengan keyakinan tersebut, suatu hal dapat terjadi di kehidupan nyata.

=*=

Author’s Pov

In the Curch, Seoul

04.23 pm KST

Di depan altar, terlihat sepasang pengantin yang sedang bertukar cincin. Dan kini giliran sang mempelai wanita yang memasangkan cincin di jari manis sang pria.

KLING!!!
Cincin emas putih itupun terjatuh sebelum terpasang di jemari manis milik pria yang kini memakai tuxedo putih tersebut.



Semua mata terarah pada cincin yang menggelinding di lantai, menjauhi sang pemiliknya. Seorang namja setengah baya pun memungutnya. Namja berkepala botak itupun berjalan menghampiri pasangan pengantin yang baru saja mengucap janji suci tersebut.

“berhati-hatilah!” ujar namja berusia 58 tahun tersebut sembari menyerahkan cincin tersebut pada sang mempelai wanita.
“ne, ghamsahamnida.” Balas sang pengantin wanita. Mata yeoja yang kini terlihat anggun dengan gaun putihnya tersebut tak lepas dari punggung namja misterius itu yang berjalan menjauhinya. Keningnya berkerut, sebelumnya ia tak pernah melihatnya.

“chagi~ah. Ppali, pasangkan cincinnya.” Ujar mempelai pria membuyarkan lamunan ‘wanita’-nya.

Mereka pun selesai bertukar cincin. Sang pengantin pria membuka kerudung yang menutupi wajah sang mempelai wanita, kemudian mendaratkan ciuman lembut di bibir mungil yeoja itu. Tepuk tangan para tamu undangan yang hadir pun memeriahkan suasana sore itu.

=*=

Dara’s Pov

Mokpo, 09.14 am KST

Ku pandangi sebuah bingkai foto di atas buffet. Terdapat potretku bersamanya, Lee Donghae. Pria yang sejak 6 bulan yang lalu telah menjadi suamiku. Umurnya 2 tahun lebih muda dariku, namun sifatnya jauh lebih dewasa dariku.

Setelah menikah, kami memutuskan untuk tinggal di Mokpo.Selain karena lebih dekat dengan rumah mertuaku, tapi juga karena suamiku telah membeli sebuah villa disini. Suatu tempat yang jauh dari keramaian, bahkan jarak rumah ini dengan tetangga lebih dari 1 kilometer.

Aku sangat menyukai suasana tenang seperti ini, menjernihkan pikiranku yang penat. Namun rumah ini lebih sering tak berpenghuni karena aku masih harus bolak-balik ke Seoul.

Dua minggu setelah kami menikah, Donghae harus menjalani wajib militernya. Dan kini ia bertugas di Kesatuan Angkatan Udara. Nampaknya ia sangat serius menjalani profesinya saat ini. Namun ia berjanji akan kembali ke Super Junior bila telah selesai melaksanakan tugasnya.

“miawwww!!!!” terdengar suara Dadoong memekakkan telingaku.
“kemarilah, Dadoong!” aku pun berjongkok dan meraihnya. Ya, setiap harinya aku hanya di temani kucing ini. Sedikit mengurangi rasa kesepianku.

=*=

11.48 pm KST

“hoaammm. . .”

Kulirik arlojiku. Tak terasa sudah larut malam. Aku pun merapikan lembaran-lembaran kertas putih yang menumpuk di atas meja kerjaku. Ya, saat ini aku bekerja di perusahaan ayahku, walaupun aku tak bisa membantu sepenuhnya. Karena sampai saat ini aku juga masih menjalani profesi keartisanku bersama 2NE1.

Ku rebahkan tubuhku di ranjang dan akupun terlelap.

%%%

Author’s Pov

Dari kejauhan, terdapat sebuah sinar yang menyilaukan mata Dara. Kini ia berada di tempat yang sangat asing.  Sinar itu terus menyorot ke arahnya. Dara pun merasa tak nyaman dan berusaha menghalaunya dengan lengan.

Tap. . tap. . .tap. . .
Terdengar derap langkah seorang namja. Mata Dara pun terarah pada namja yang kini berjalan menghampirinya, wujudnya masih belum terlihat jelas.

“suamimu sedang menghadapi bahaya.” Ujar namja bertuxedo hitam tersebut.

Dara pun mengamati namja berkepala plontos yang kini berdiri di hadapannya.

“bahaya?” balas Dara balik bertanya. Namja itu pun hanya mengagguk.

%%%

Peluh telah membasahi wajah Dara. Matanya masih terpejam, ia menoleh ke kanan-kiri.

Kini ia bangun dan terduduk, ia mengatur kembali nafasnya yang memburu.

“heuh! Ternyata hanya mimpi.” Ujarnya sembari mengusap peluh yang membasahi keningnya.

‘tapi, siapa namja itu?’ batinnya berpikir.

“pria itu. . .” ia pun teringat bahwa pria itu adalah orang yang menyerahkan cincin yang terjatuh pada saat pernikahannya.

“tapi siapa dia? Aku tak pernah melihatnya? Kenapa ia datang kedalam mimpiku? Aigo. . .” ujarnya.

=*=

07.38 am KST

“. . .telah terjadi kecelakaan pesawat, dini hari tadi tepatnya di daerah Suwon. Pesawat latihan yang berpenumpang seorang captain pilot dan seorang co.pilot itu pun terjatuh di lembah Suwon. Saat ini belum di ketahui keberadaan pesawat tersebut. . .” ujar sang pembawa berita.

Mata Dara pun tak lepas dari layar plasma di hadapannya.

“. . . proses pencarian pun masih terus di laksanakan. Penyebab kecelakaan tersebut, di duga karena faktor iklim yang ekstrim. Mengingat tadi malam telah terjadi hujan serta badai petir di kawasan tersebut. .” lanjut berita pagi.

“kami akan terus melakukan pencarian, sampai kami menemukannya. Kemungkinan, tidak ada yang selamat dari 2 anggota kami tersebut. Hal ini karena lembah Suwon terdiri dari tanah terjal serta lembah batu yang cukup curam. “ ujar sang komandan pilot pada sesi wawancara.

“lalu, siapakah nama-nama dari kedua anggota Anda tersebut?” tanya seorang wartawan.

“ada captain pilot bernama Park Hyun Joo dan co.pilot bernama. . . Lee Donghae.” Balasnya.

Seketika mata Dara terbelalak. Telapak tangannya menutupi mulutnya yang menganga. Ia terlalu terkejut mendengar kabar buruk ini.

“anio. Pasti ini tidak benar.” Ujarnya, airmatanya pun terjatuh tanpa di sadarinya.

Dara meraih ponsel di atas meja dan menekan tuts-tuts di layar ponselnya.

“nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. . .”

“aish. . .” gerutunya saat tak ada jawaban dari pemilik nomor. Ya, ia menelepon Donghae untuk memastikan kabar tersebut.

“aku harus kesana.” Ujarnya, dengan cepat ia pun beranjak dari duduknya.

Sementara itu di luar rumah. . .

Ting Tong Ting Tong!!!

“eonni~ah. Kami datang.” Teriak seorang yeoja.
“noona~ah. Berat. .” rengek seorang namja berwajah tampan.
“aish. . . kau ini. letakkan saja di bawah.” Ujar yeoja itu. Namja itu pun menurunkan tas ransel besar yang sedari tadi menempel di punggungnya.

Tak lama kemudian, sang pemilik rumah pun membuka pintu dengan cepat dan tanpa melihat tamunya, Dara pun berlari keluar rumah.

Kedua orang tamunya itu pun hanya memandanginya heran, dan kemudian mereka saling pandang.
“kenapa dia?” tanya sang namja.
“Cheun Dung-ah. Ppali, pasti terjadi sesuatu pada Dara eonni.” Ujar yeoja bernama Durami itu.

Mereka berdua pun berlari mengejar kakak perempuan mereka.

“eonni~ah. Eonni~ah.” Teriak Durami sembari terus berlari, namun Dara tak menghiraukannya dan terus berlari.

“noona~ah.” Cheon Dung pun meraih bahu Dara dan membalikkan tubuh Dara kearahnya.

Sementara itu, jauh di belakang mereka, nampak Durami yang membungkuk sembari memegangi perutnya. Ia nampak ngos-ngosan setelah berlari.

“waeyo? Apa yang terjadi?” tanya Cheon Dung khawatir. Ia mendapati Dara yang kini tengah menangis keras.

“dia. . . dia kecelakaan. . .” balas Dara di sela tangisnya. Cheon Dung pun merengkuh tubuh Dara dalam pelukannya.
“uljima. Ceritakan nanti saja dirumah. Kajja!” Cheon Dung berjongkok dan meraih tangan Dara untuk naik di punggungnya.

“mwoya?” tanya Durami panik, namun Cheon Dung hanya terdiam.

=*=

“ada apa sebenarnya?” tanya Durami sembari memberikan segelas air pada Dara yang terbaring di sofa.

“Donghae oppa. . .” kini Dara kembali menangis keras.
“kenapa dia, eonni~ah?” tanya Durami semakin panik.

“mungkin eonni mendengar kabar kecelakaan pesawat di Suwon itu. Tadi di twitter sangat ramai di bicarakan. Dan salah satu penumpang pesawat latihan itu adalah Donghae Hyung.” Jelas Cheon Dung.

“omonaa. . .” ujar Durami lirih. Ia pun menarik Dara dalam pelukannya.

“lalu, bagaimana keadaannya?” tanya Durami.
“pesawat itu belum di temukan, jadi belum ada kabar tentang keadaan penumpangnya.” Balas Cheon Dung.

“aku harus ke Suwon.” Ujar Dara dan beranjak begitu saja.

“eonni~ah.” Panggil Durami. Ia pun mengejar Dara.

“antarkan aku kesana, jebal!” mohon Dara sembari menggenggam erat tangan dongsaengnya tersebut.
Durami pun menoleh kearah Cheon Dung, namja berpostur tinggi itu pun mengangguk yakin.

“baiklah. Tapi kau harus ganti baju dulu eonni~ah dan ambil tas-mu.” perintah Durami sembari memandangi Dara yang masih memakai piyama pink-nya. Dara pun mengangguk dan beranjak menuju kamarnya.

Durami dan Cheon Dung datang untuk mengunjungi Dara, berhubung Durami baru saja pulang dari study-nya di Amerika.

=*=

Dara’s Pov

Suwon, 10.25 pm KST

“apa kau tahu camp pelatihan itu?” tanya Durami pada Cheon Dung yang masih fokus menyetir.

“tentu saja. Aku yang mengantarkan Donghae hyung saat di pindahkan dari camp di Gyeonggi-Du ke Suwon.” Balas adik laki-lakiku itu.

Ya Tuhan. Kumohon lindungilah suamiku. Aku sangat yakin ia masih hidup.

Tak lama kemudian, kami sampai di tempat tujuan. Camp pelatihan ini sangat ramai. Ada beberapa wartawan yang masih berjaga, serta masyarakat sipil yang aku tak tahu siapa mereka.

Kami bertiga pun turun dari mobil dan menuju kantor informasi.

=*=

“kami ingin mencari informasi tentang kecelakaan pesawat di lembah Suwon itu. Apakah sudah ada perkembangan?” tanya Cheon Dung kepada salah satu staff.

“kami baru saja mendapatkan kabar, bahwa serpihan sayap pesawat sudah di temukan, namun untuk bangkai pesawatnya masih dalam pencarian.” Balas staf tersebut.

Aku pun semakin khawatir mendengarnya. Donghae~ah. . . apa kau baik-baik saja?

“apakah ini Sandara Park? Isteri dari Lee Donghae?” tanya staf itu sembari memandangiku.
“ne.” balasku ramah.
“aaaahhh~ neomu yeoppo.” Ujar  staf wanita itu girang. Aku pun hanya membalasnya dengan anggukkan.

“berarti kalian dari Mokpo? Ah, istirahatlah dulu. Kau terlihat sangat pucat.” Ujarnya pada kami, ia pun memperhatikanku.

Kami pun duduk di salah satu bangku panjang di dekat tempat resepsionis. Staf wanita bertubuh tambun itu pun beranjak meninggalkan kami.

“ige. Kau pasti kedinginan.” Ujar staf itu sembari menyerahkan selembar selimut tebal padaku.
“ghamsahamnida.” Balasku berterimakasih sembari meraihnya.

Durami pun mengenakan selimut itu ke tubuhku, kedua adikku itu pun duduk mengapitku.

“Dara~ssi. . .Dara~ssi. . .” dari kejauhan, terlihat sekelompok wartawan sedang ‘menyerbu’ kearahku.

“hyaa~ kalian. Cepat halangi mereka!” teriak staf wanita itu mengomando 4 orang security yang berdiri tak jauh dari kami untuk menghalau para wartawan.

“hyaa~ mau apa kalian? Seharusnya kalian menunggu di luar gedung.” Ujar staf itu yang ikut menghalangi wartawan. Ia berdiri tepat membelakangiku sembari merentangkan kedua tangannya, bermaksud untuk melindungiku.

“kami hanya ingin mewawancari Dara~ssi.” Balas salah satu wartawan sembari berusaha menerobos pagar betis yang di buat oleh 4 security tersebut.

“anio. Tidak boleh. Dara~ssi perlu istirahat. Cepat kalian kembali menunggu di luar.” Perintah staf wanita itu tegas sembari mendorong kerumunan wartawan yang masih sibuk mengambil potret-ku. Aku pun hanya menunduk, kedua dongsaeng-ku pun membantu untuk menutupi wajahku.

Pengusiran itu pun berhasil. Dengan terpaksa para pemburu berita itu kembali keluar gedung.

“aish. . . kenapa mereka bisa masuk? Apa kerja para security di luar itu?” gerutu staf wanita setengah bergumam.

“kalian tunggu disini. aku harus kembali bekerja.” Ujarnya setelah berbalik kearahku.
“ne, ghamsahamnida.” Balasku yang diikuti anggukkan dari kedua dongsaengku.

=*=

Author’s Pov

01.49 am KST

Terlihat Durami yang terlelap di pundak Dara. Sementara Cheon Dung duduk dengan melipat kedua lengannya di dada sembari menyandarkan tubuhnya, matanya pun terpejam.

‘ia pasti selamat. Ya, ia pasti selamat. Ia akan baik-baik saja. Aku harus yakin, harus. . .’ kata hati Dara di tengah kegusarannya. Ia memantabkan keyakinan akan keselamatan suaminya.

Sampai detik ini, belum ada perkembangan mengenai jatuhnya pesawat yang di tumpangi Donghae. Staf wanita yang baik hati itu pun terus berusaha menghubungi komandan tim SAR.

“ah, ne. syukurlah kalau begitu.” Ujar staf itu membuyarkan lamunan Dara. Ia pun menoleh.

“apakah ada kabar terbaru?” tanya Dara.

“ne, mereka sudah di temukan. Namun sambungan teleponku terputus, jadi aku tak tahu bagaimana keadaan captain pilot dan suamimu.” Balas staf itu sembari terus menekan tuts-tust telepon, gagang telepon pun tak juga beranjak dari telinganya.

‘kumohon. . . kembalikan dia padaku, jebal!’ Dara pun ber-munajat.

Tak lama kemudian, terdengar suara sirine dari arah luar gedung. Para wartawan yang sedari tadi menunggu pun seketika riuh.

“mereka datang.” Ujar sataf itu sembari beranjak.

“Durami~ah, Cheon Dung~ah. Ireona. Ppali!” ujar Dara lirih, seakan tak ada tenaga lagi walau hanya untuk berbicara.

Dari kejauhan terlihat 2 namja yang di damping beberapa staf. Para wartawan pun terus menghimpit mereka.

Mata Dara pun menangkap sosok yang di tunggunya. Ya, kini suaminya berjalan menuju ke arahnya. Namun Donghae belum menyadari keberadaan Dara. Ia masih menunduk, berusaha menghindari sorotan kamera wartawan.

Dara beranjak dari duduknya, dan. . . ya, kini meraka saling pandang. Langkah Donghae pun terhenti, namun sejenak kemudian ia berjalan cepat menghampiri isterinya. Sementara itu, para staf berusaha untuk menghalangi para wartawan.

Airmata Dara dibiarkan jatuh begitu saja. Ia berjalan cepat menghampiri Donghae dan merengkuh dalam pelukan suaminya tersebut. Donghae pun memeluk erat isterinya, airmatanya pun membasahi wajah ‘lelah’-nya.

“ghoenchanayo?” tanya Dara sembari merenggangkan pelukannya. Di amatinya tubuh Donghae dengan seksama.

Suaminya  nampak lusuh dengan memakai t-shirt tipis putih yang kini berwarna sedikit kecokelatan.

“ghoenchana.” Balas Donghae di sela isak tangisnya.

Dara pun menghapus airmata yang membanjiri wajah suaminya. Ia hapus peluh yang membasahi kening Donghae.

“syukurlah.” Ujar Dara, ia pun sedikit berjinjit untuk mencium kening Donghae.

Dengan cepat, Donghae pun mendaratkan sebuah kecupan di bibir mungil Dara dan kembali memeluk erat tubuh mungil yeoja itu.

=*=

Mokpo, 08.56 am KST

Donghae membuka jendela untuk menyambut cuaca cerah pagi ini. Ia berbalik kearah buffet yang tak jauh dari tempatnya. Ia membuka salah satu laci dan mengambil sebuah album foto.

Ia duduk di sofa sembari membuka album tersebut, senyum manisnya pun mengembang.

“ige.” Ujar Dara mengalihkan pandangannya, Donghae pun menyambutnya dengan senyuman.

Dara pun meletakkan secangkir cappuccino hangat di meja dan duduk di samping suaminya. Pandangannya pun terarah pada album foto di tangan Donghae.

Mata Dara seketika membulat saat menyadari sesuatu.
“dia. . .” ujar Dara tertahan.
“ne? nugu?” tanya Donghae, pandangannya pun teralih kearah Dara dan potret di hadapannya secara bergantian.

“pria ini. . .” ujar Dara yang lagi-lagi tertahan.
“nae abeoji.” Ujar Donghae sembari tersenyum memandang sebuah potret seorang pria berkepala plontos bertuxedo hitam di hadapannya.

“mwo? Jeongmal? Kurasa foto yang dulu kau tunjukan padaku tak seperti ini?” tanya Dara memastikan.
“tentu saja berbeda. Dulu yang kutunjukkan padamu saat abeoji-ku masih sehat. Dan foto ini kuambil saat beliau sudah kritis, karena Kanker yang menyerangnya, maka rambutnya peralahan-lahan rontok. Ia pun memutuskan untuk mencukurnya.

“jadi. . .” ucapan Dara pun terputus, ia kini menangis keras sembari menutupi mulutnya.
“waeyo, chagi~ah?” tanya Donghae panik, ia pun menutup album tersebut dan meraih wajah Dara dengan kedua tangannya.

“waeyo? Kenapa kau menangis?” tanya Donghae kembali, namun Dara masih menangis keras. Ia pun menarik Dara dalam pelukannya. Dara pun masih tetap menangis.

“tenanglah! Ceritakan padaku, apa yang membuatmu menangis?” tanya Donghae setelah dirasa Dara mendapatkan ketenangan. Ia usap lembut air mata yang membesahi wajah Dara.

“akhir-akhr ini, aku sering bermimpi aneh.” Dara pun memulai bercerita.
“apa kau ingat, dulu pada saat pernikahan kita, saat cincin yang ku bawa terjatuh dan di ambil oleh seorang pria?” lanjutnya.

“mwo? Cincin kita yang terjatuh?” tanya Donghae berusaha mengingatnya.

“ne, saat cincin pernikahan kita yang akan ku kenakan di jarimu, saat itu cincin itu terjatuh, bukan?” Dara berusaha mengingatkan suaminya akan memory sekitar 6 bulan yang lalu.

“anio. Cincin itu tak terjatuh, namun kau terus memeganginya dan tak juga memasangkan di jariku.” Jelas Donghae, mata Dara pun seketika membulat saat mendengarnya.

“jinjayo? Tapi. . . aku yakin benar bahwa cincin itu terjatuh dan di ambil seorang pria.” Dara pun tak mau menyerah akan keyakinannya.

“chagi~ah. Aku masih ingat betul moment pernikahan kita. Mungkin kau hanya berhalusinasi.” Ujar Donghae sembari membelai lembut pipi isterinya sembari tersenyum.

“tapi. . .” perkataan Dara terputus karena Donghae tiba-tiba memeluknya erat.

“pria itu. . . pria itu adalah abeoji-mu, oppa.” Ujar Dara lirih dalam dekapan Donghae.
“mwo?” Donghae pun terkejut mendengarnya dan kini menatap lekat mata indah isterinya.
“ne.” balas Dara yakin sembari mendekap kembali tubuh suaminya.

=*=

EPILOG

Donghae’s Pov

Mokpo, 08.56 am KST

Kulihat punggung isteriku yang sedang sibuk dengan bumbu-bumbu dapur. Ya, tadi malam aku pulang untuk melepas rasa rinduku padanya. Namun aku juga harus kembali secepatnya ke camp pelatihan.

“omona! Kau mengagetkanku saja.” Ujarnya saat ku peluk dari belakang.

Aku pun tak menjawab. Ku cium lembut leher jenjangnya beberapa kali, aku pun menyandarkan daguku di bahunya dan memejamkan mata. ku rasakan aroma tubuhnya yang wangi. Ya, dalam keadaan apapun ia selalu harum.

“besok lusa, aku akan melakukan penerbangan di Lembah Suwon. Jika aku lulus, pangkatku akan naik menjadi captain.” Ujarku yang masih memeluknya.

“semoga kau berhasil.” Balasnya yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

“nanti sore, aku harus kembali.” Ujarku.

“mwo? Kenapa secepat itu?” ia pun membalikkan badan, dan kini menghadapku.

“terpaksa.” Balasku santai.
“maka dari itu, kau harus selalu mendoakan-ku, ara?” ujarku sembari mencolek hidung dan mengacak lembut rambutnya.

=*=

05.17 pm KST

“jaga baik-baik dirimu, jangan sampai telat makan.” Pesannya padaku.
“ne. Kau juga.” balasku sembari mengusap lembut pipinya.

Aku pun berpamitan. Ku kecup lembut kening dan bibirnya agak lama. Ku peluk ia sangat erat, seakan berat untuk melepas pelukan tersebut.

=*=

11.58 pm KST

“baiklah, semuanya siap? Co.pilot Lee sudah siap?” tanya captain Park yang duduk di sampingku.
“siap!” balasku yakin.

‘berkati aku Tuhan. Lindungi aku, appa. Doakan aku isteriku.’ Ku kecup cincin pernikahanku, kupejamkan mata, dan aku pun bermunajat.

Pesawat latihan ku pun take-off. Ya, malam ini adalah penerbanganku yang ketujuh kalinya.

Setelah hampir satu jam berada di udara, tiba-tiba pesawatku goyah. Sambaran petir pun menyerang.

“aigo! Hujannya deras sekali. Sepertinya akan ada badai.” Ujar captain pilot-ku.
“anginnya juga sangat kencang, captain.” Balasku.

Sebuah sinar yang di ikuti suara gemuruh membuat pesawat-ku oleng, semakin lama semakin tak terkendali.

“eottokke, captain?” tanyaku pada captain Park, namun ia tetap terdiam dan focus pada kemudinya.

Pesawat kami pun kembali oleng karena menabrak gumpalan awan hitam.

“aish, ada apa ini? mengapa kemudinya tak berfungsi?” ujar captain Park.
“apa kau yakin?” tanyaku memastikan.

“OMO!” teriak captain Park saat menoleh kebelakang, aku pun mengikuti pandangannya.

Dan. . . sayap belakang pesawat terbakar, kobaran api semakin membesar.

‘Tuhan. . . hanya kau yang bisa menghendaki semua ini. Jika kau mengambilku, lindungilah orang-orang yang ku cintai. Eomma, Donghwa, Dara. . . .’ ku pejamkan mataku, aku pun pasrah dalam doaku.

BRAKKK!!!!

Masih bisa ku dengar suara keras itu. Ya, walaupun mataku kini tak bisa membuka. Ku rasakan tubuhku remuk.

“co.pilot Lee, co.pilot Lee. . . tolong aku!” samar-samar ku dengar suara captain Park.

Ku buka mataku perlahan. Dengan sekuat tenaga ku angkat kepalaku. Ya, aku jatuh tertelungkup di tanah.

Aku mencari keberadaan captain Park. Akhirnya aku menemukannya, posisinya terjepit di bangkai pesawat. Jaraknya cukup jauh dariku, ternyata aku terlempar saat terjatuh.

Kobaran api masih belum juga padam, menjalar ke seluruh bangkai pesawat. Aku harus menolong captain Park sebelum terlambat.

Ku angkat tubuh ku berusaha untuk bangkit.

“AARRGGHHH!!!” teriakku, ku rasakan pesakitan pada kaki kiriku. Ku lihat, ada luka menganga di lututku.

“tolong aku, Lee Donghae. Jebalyo!” teriaknya kembali.

Ku kumpulkan tenagaku. Aku pun berjalan merangkak kearahnya.

“bertahanlah!” aku pun menyingkirkan serpihan-serpihan besi yang menutupi kakinya, ya ia terjepit di bagian kaki kanannya.

Dan akhirnya, aku pun berhasil. Ku tarik tubuhnya untuk menjauh dari kobaran api tersebut, mengantisipasi jika sewaktu-waktu pesawat itu meledak.

=*=

09.24 am KST

“cuaca semakin lama semakin buruk. Aku tak menemukan pesawat tim SAR yang mencari kita.” Ujar captain Park yang berbaring di bawah pohon yang rindang.

“kita tunggu saja captain.” Balas ku tenang, aku pun duduk di sampingnya sembari mememeluk lututku.

Ku pandangai  lingkaran emas putih di jari manisku. Ku kecup lembut sembari memejamkan mata. ya, inilah kekuatanku.

=*=

00.34 am KST

“HYAAA!!!! KAMI DISINI. . .” teriakku sembari melambai-lambaikan tangan.

Saat ini terlihat 3 pesawat latihan yang melintas di atasku. Mereka pun menangkap signal-ku.

“apa kalian baik-baik saja?” tanya komandan tim SAR.
“ne, tapi captain Park mengalami masalah serius pada kaki kanannya.” Balasku sembari menunjuk pada namja yang masih terbaring lemah.

“kakimu juga berdarah?” tanya anggota tim sembari mengamati lutut kiriku.
“aku baik-baik saja.” Balasku tersenyum padanya.

Akhirnya kami pun dapat kembali dengan selamat. Terimakasih, Tuhan!

‘chagi~ah, aku kembali!’ batinku tersenyum sembari mengecup cincin pernikahanku.


~THE END~



posted by : @LeeSoYoung_soe
Facebook Fan Page : SoYoung The Kpopers
Please take full Credit if you share this.... credit me SoYoungTheKPopers.blogspot.com
and dont forget to take a creadit to the author Marant Jojo

1 comment: